Teman Seperjalanan
November
2011, aku tak pernah menyangka perjalanan kali ini akan menjadi cerita panjang
yang asyik dikenang sampai saat ini. Kala itu aku sedang melakukan pendakian
bersama 2 orang temanku ke Semeru, satu diantaranya sedang bersinggungan denganku masalah
perbedaan prinsip dalam organisasi yang kami ambil. Kita para ingusan yang
merasa paling sok tau dan paling benar atas pikiran kita sendiri. Ada perasaan
tak nyaman dan tak berbesar hati karena dibohongi saat itu. Aku tau maksud dari
salah seorang temanku,dia ingin mendamaikan kita tapi tak berhasil karena kita
memang berwatak keras. Bisa dibayangkan ketika kau melakukan perjalanan atau
pendakian dengan patner yang tak membuat kita nyaman?.
Tak ada obrolan ataupun
candaan sebagai teman penat dan rasa lelah yang melanda. Hanya terbayang semerbak rumput
segar terkena embun dan pemandangan aduhai selama perjalan menuju Ranukumbolo
yang akan menemani langkahku. Perasaan dongkol yang tak bisa tercernah membuat
langkahku semakin berat.
Waktu itu
Semeru sedang sepi, para pendaki sudah mulai turun setelah mengikuti salah satu
even acara TV yang sangat digandrungi para petualang. Mungkin hanya rombongan
kami yang akan melakukan perjalanan dan bermalam di Ranukumbolo. Rencananya
kita hanya camping ceria disana untuk menikmati hawa sejuk dan melancarkan niat
temanku dalam mendamaikanku.
Perjalan
kami dimulai dari pos perijinan Ranupane yang sedang dijaga oleh seorang
petugas TNST (Taman Nasional Semeru Tengger). Dari daftar buku tamu hanya kami
bertiga yang akan naik, ada beberapa rombongan yang sesuai jadwal berada di
Kalimati, pos diatasnya Ranukumbolo.
Selama proses mengisi biodata, datanglah dua orang yang akan mendaki. Lelaki berambut gondrong dengan kaos timnas berwarna putih hijau, dan lelaki
bertubuh sedikit berisi mengenakan kaos lengan panjang. Mereka telihat seperti
pendaki amatir, terlihat dari alas kaki yang mereka pakai tak sesuai SOP (standart operasional) pendakian. Dengan ramah mereka menyapa,
“mau naik ya mas mbak?”. “iya, sepertinya sepi
diatas” balasku. “darimana mbak?”
“aku dari
Surabaya” jawabku sambil sibuk menulis biodata.
“ealah, Surabaya
mana?aku juga dari Surabaya.”
“Ketintang,
walah sama-sama Surabaya ketemunya disini” ujarku sambil tersenyum lega, serasa
ketemu sodara serantau.
“ayo kita
barengan saja”ajakku.
Hatiku
sedikit lega, setidaknya ada teman baru yang akan menambah keasyikan perjalanan
kali ini. Selama perjalanan kami berbincang banyak hal termasuk asal kami, dan
ternyata kota kami berasal berjarak tak lebih dari 30 KM, dan salah seorang
dari mereka dulu pernah bersekolah di Jombang, kota tempatku tumbuh. Wah
semakin lega rasanya, serasa bertemu kakak sendiri di tempat asing. Selama di
Ranukumbolo kami hanya sedikit berbincang karena waktu sudah petang dan mereka
butuh istirahat lebih untuk melanjutkan perjalan esok menuju Kalimati. Dan
sampai disitu kita tak pernah bertemu lagi.
Waktu
berlalu begitu cepat, secepat aku memperoleh gelar sarjanah dan berproses
mencari pekerjaan. Banyak ikhtiar yang kulakukan salah satunya adalah menjalin
silaturahmi dengan banyak orang tak terkecuali dengan teman seperjalan Semeru
tiga tahun silam. Selama ini kita hanya saling sapa lewat sosial media. Sampai
pada suatu ketika aku berulang tahun dan salah seorang dari mereka menanyakan doa apa yang aku
harapkan. Dengan konyol aku menceritakan doa-doa yang kupanjatkan. Responya tak
begitu menyenangkan tapi dari situ aku tersadar akan banyak hal. Mulai dari
situ kita lebih intens dalam berhubungan via udara.
Maret 2014
adalah untuk kedua kalinya kita bertemu, di alun-alun kota Jombang. Dia
terlihat sangat kusam dengan bau keringat yang menyengat. Terlihat sangat lelah
setelah melakukan perjalanan dari Sidoarjo menuju Jombang dengan bersepeda.
Pertemuan yang sangat singkat, hanya ngobrol ala kadarnya dan masih membahas seputar dunia pendakian sembari ditemani mie
ayam telur puyuh. Dari situ kita semakin intens dalam berhubungan sampai aku
hijrah ke kota Jember dan kita melakukan pendakian untuk kedua kalinya di
gunung Ringgit. Gunung dengan medan yang mempesona, dan merupakan
awal kisah kita. Ahai...
Dari
Ringgit kita semakin intens dalam berhubungan, yang kebetulan aku kembali
bekerja di Surabaya. Banyak tempat yang kita rencanakan untuk pergi bersama dan
banyak yang belum terealisasi sampai sekarang hahaha. Banyak cerita yang kita
torehkan dalam setiap perjalan, Semeru, Ringgit, Penanggungan, Argopuro,
Merbabu adalah sederetan gunung yang menempa kita untuk tau satu sama lain. Dan
awal perjalanan kita dimulai dari sekarang 23 Januari 2015, di kantor KUA
kecamatan Peterongan kita janjian untuk bertemu dan berjanji untuk menjadi
suami istri. Selamat hari jadi pernikahan lelaki kusam berkaos putih teman
seperjalan Semeru 7 tahun silam. Selamat menikmati peran masing-masing. Selamat
menikmati perjalan panjang dengan berbagai medan dan rasa.
#30DWC
#30DWCJILID11
#Squad5
#Day2
#30DWCJILID11
#Squad5
#Day2
Tidak ada komentar: