Ads Top

Terkadang kita butuh tersesat untuk belajar banyak

Pagi ini matahari sudah bertenger dengan gagah di pelataran atap semesta. Meringis manis membawa kehangatan dengan level lebih tinggi di sisa-sisa kemarau. Tak dapat kunikmati pagi yang hangat nan sejuk seperti biasanya, karena rasa kantuk yang luar biasa. Dalam sayup kudengar genjrengan gitar yang menjadi iringan untukku tidur lebih nyenyak. Namun seketika aku tersadar bahwa itu adalah mas Wahyu yang sedang asyik bermain gitar. Dia sudah terlihat segar dengan guyuran air setelah mandi.
Wow ternyata hari sudah siang dan untuk kesekian kalinya dalam pekan ini aku bangun terlampau siang. Langsung saja aku menuju dapur, membuat dua cangkir kopi dan roti bakar untuk penganjal perut. Aku tahu mas Wahyu sedang lapar, karena semalam kita hanya makan sepiring tahu tek.
Rencananya hari ini kita akan pergi bertiga ke taman Bungkul untuk bermain bersama. Namun sudah terlalu siang dan terik matahari membuat kami berpindah haluan. Pagi itu kami memutuskan untuk bersilaturahmi ke teman semasa aku kerja, beliau sudah pensiun dan berusia lanjut. Pasti akan bahagia ketika kita berkunjung pikirku.
Lestari tak bersemangat pagi itu, dia lebih memilih untuk bermain bersama teman-temannya namun akhirnya kita berangkat dengan penawaran yang sedikit memaksa.
Pagi itu kita membelah keramaian terminal Bungurasih dengan aroma jalanan yang begitu menyengat karena paparan sinar matahari. Seolah aspal sedang memuai, dan terkadang membuat emosi juga ikut memuai. Lestari mulai rewel dan tak nyaman ketika duduk di atas sepeda motor. Dengan rengekan dan sesekali tingkah polahnya yang berlebihan membuat motor oleng dan kesabaran ikutan oleng.
Mas Wahyu masih konsentrasi memegang kendali setir, di tambah mengingat jalan dan mencari alternatif jalan karena jalan yang biasanya sedang di perbaiki.
Akhirnya kami sampai dan beberapa jam ngobrol asyik dengan mbah Yono. Lelaki tua yang usianya lebih dari setengah abad. Nampak ada rona kebahagiaan dengan kedatangan kami. Kami sudah lama tak berkunjung.
Menjelang dhuhur kami pamit untuk pulang, kami tak enak karena ada tamu lagi yang sedang berkunjung. Melintasi aspal panas dan terik matahari membuatku sedikit berjuang menstabilkan emosiku. Aku berusaha menenangkan Lestari yang tak nyaman dengan kondisi siang itu. Aku mencoba mengalihkan rasa tak nyamannya dengan banyak bertanya padanya tentang apa yang sedang kita lewati. Meski sesekali masih mengirik namun cukup efektif untuk mengalihkannya.
Aku tak begitu memperhatikan jalanan. Dan ternyata kita nyasar, dan muter 2x kembali ke tempat yang sama. Bisa dibayangkan betapa supernya menahan kemelut dalam hati, untuk menikmati panas, rengekan Lestari dan ketidak pastian jalan menuju rumah.
Begitupun mas Wahyu pasti juga merasakan hal serupa. Disini kita sama-sama sedang berjuang menahan emosi dan berdamai dengan kondisi agar kestabilan tetap terjaga. Aku bisa saja marah, memaki dan menyalahkan keadaan yang sedang kita alami, begitu juga dengan mas Wahyu. Apalagi Lestari dia lebih besar hak nya untuk marah karena dari awal ada keinginan untuk tidak ikut.
Namun itu tidak menjadi pilihan kami, kami asyik menikmati setiap langkah dan feling mas Wahyu akan membawa kita. Sampai akhirnya google map lah yang menjadi penolong.
Hari ini kita belajar banyak, berhadapan dengan banyak keadaan. Mengupayakan diri kita untuk menikmati yang ada, mensyukuri yang kita punya. Dari sini kita belajar banyak, mendapat moment banyak dan mempunyai cerita yang banyak. Selamat berakhir pekan, minggu depan kita kemana?tersesat lagi?

Tidak ada komentar:

Diberdayakan oleh Blogger.