Ads Top

Jelajah Pagi Lestari #1


Papan Emosi Lestari
Pagi ini Surabaya mendung, seolah semesta sedang merestui project familiy pertama kami. Hari ini hari pertama Jelajah Pagi Lestari dimulai. Sudah kusiapkan segala suauatu yang bisa disiapkan. Kumulai dengan menceritakan kepada Lestari tentang operasional kegiatan ini. Dia menganguk pasrah, entah mengerti atau tidak yang jelas dia bersedia untuk menjadi kapten dalam permaian ini.

Pagi ini dengan mendung yang syahdu, setelah mandi Lestari minta untuk main di luar. Sedang sang mamak masih asyik menyelesaikan pekerjaan di dapur. Dia mengajak bapak’e untuk jalan-jalan dengan sepeda motor. Aha Jelajah Pagi Lestari bisa dimulai sekarang, pikirku saat itu. Meski jadwalnya terlalu pagi toh tidak mengapa dan ada bapak yang bisa berperan sebagai fasilitor sekaligus penangung jawab. Kujelaskan kembali pada mas Wahyu aturan project famili kita. Untuk menyamakan presepsi kami.
 “Mas, sakkarepe Lestari ya arep neng ndi ae. Ben dia seng memilih jalane, ape belok kiri ta kanan. Gak onok batesan, batesane mung waktune smpyn.”  Mas Wahyu pun hanya mengangguk dan kulihat dari ekspresi wajahnya nampak ada keraguan. Akhirnya mereka berangkat, hampir 1 jam mereka baru kembali ke rumah.

Ketika kembali ke rumah, pekerjaan domestikku telah usai. Kusudah siap untuk menemani Lestari bermain dan menemani sarapan masWahyu. Kusambut mereka dengan senyum termanisku dan memulai berbincang dengan mereka,” Lestari dari mana?”
“lapangan” jawabnya sangat berbinar.
“Ada siapa di lapangan?” “Mas Dennis, mas Bima sekolah” (tetangga kontrakan lama)
“terus ada siapa lagi?” dia hanya terdiam
Di Lapangan ada aja ya?” lagi-lagi dia hanya terdiam.
“suka gak main dilapangan? “suka”
“kenapa kug suka?”lagi-lagi dia hanya terdiam, sepertinya gagal paham dengan pertanyaannya.
“suka nya apa main di lapangan?” “ suka naik depan sama bapak”
“ayok ke lapangan lagi” ajaknya dengan mata berbinar dan intonasi yang susah untuk ditolak.
“oke, nanti ya nunggu sarapan dulu, sama bapak siap-siap mau kerja” “iya, tapi aku di depan ya, pintanya lagi.

Setelah itu kusiapkan bekal untuk dibawa ke lapangan. Dia belum mau sarapan nasi dan aku pun masih kenyang dengan nagasari yang kubeli di tukang sayur. Kupersiapkan segala sesuatunya, sembari menunggu jam berangkat mas Wahyu yaitu jam 08.00. bekal pun sudah siap, dan mas Wahyu sudah siap untuk menjemput rezeki kita. Ketika mau berangkat, tiba-tiba sang kapten jelajah pagi pindah haluan. Dia ingin beli balon, sudah tak minat main di lapangan. kupastikan kembali keinginannya, ternyata dia memang ingin beli balon di pasar krempyeng dalam perumahan. Akhirnya kami berangkat, dan sang kapten sebagai pemandu jalan. Dia hafal jalan menuju pasar, memang jalannya cukup mudah diingat karena hanya lurus dan melewati dua blok dari rumah kontrakan kami.

Setibanya di Pasar ternyata mbah penjual mainan tak ada disana, sepertinya memang libur karena hari jumat. Pasar lumayan sepi, banyak toko yang tutup pada pagi itu. Nampak mulai redup binar mata Lestari, nampak kekecewaan dalam wajahnya. Kutawarkan untuk jalan-jalan menjelajah pasar dan melihat ada apa saja disna. Dia pun setuju. “oke kapten, sekarang terserah mau kemana. Lestari di depan, Lestari yang mimpin ya” ucapku dengan penuh semangat sembari berlutut. Dia menganguk dan sedikit senyum tersimpul  pada bibirnya.

Di pasar hanya sebentar, dia nampak tak begitu tertarik dengan jajanan yang ada. Dia hanya meminta pentol dari penjual bakso yang ada di depan pintu pasar. Setelah berjalan-jalan sebentar dalam pasar. Lestari minta pulang, dan dia tahu jalan untuk pulang. Sebelum pulang, ada penjual mangga yang baru saja datang, dan Lestari meminta itu.


Memetik bunga
Dalam perjalanan pulang, kita berjalan santai dan sesekali berhenti untuk melihat tanaman yang ada di sepanjang jalan. Tiba-tiba Lestari berhenti dan mengambil daun. Akupun bertanya padanya, “Lestari itu punyae siapa?” dia hanya melonggo sembari terlihat berpikir.
“tadi sudah ijin belum ke yang punya?” “yang punya siapa?” tanyanya pelan. Aku pun seolah mencari tahu yang punya, padahal aku tahu itu rumah kosong.
 “wah gak ada orangnya, nanti ambil daunnya di orang yang ada saja ya, kita ijin dulu.” “mana?” tanyanya.
“itu,”sembari aku menunjuk seorang nenek yang sedang duduk di depan rumahnya.
Kami pun berjalan menghampiri nenek itu, kuminta pada Lestari untuk ijin namun dia hanya diam saja sembari memegang rok ku. Akhirnya akulah yang meminta ijin untuk meminta daun yang ada di depan rumahnya. Lestari mengambil daun jambu dan daun pandan suji. Kuminta padanya untuk mencium aromanya, meremas daunnya, meraba teksutnya. Dia menuruti permintaanku. Akhirnya kita pulang dengan memebawa daun pandan suji, yang rencananya akan kita gunakan untuk bermain warna.

Sebenarnya, jalan-jalan pagi sudah sejak lama kami lakukan. Namun kita hanya berjalan seenaknya. Lebih banyak akulah yang memonopoli tempat tujuan, durasi dan permaiannya. Namun kali ini aku serakan sepenuhnya pada Lestari, terserah dia mau kemana, mau naik apa selagi masih bisa terjngkau akan aku kuruti. Toh sekarang ada bapak-bapak ojek online yang siap mengatar kita kemna saja jikalau kami tersesat atau kelelahan dijalan. Selamat menjelajah nak, mari belajar dan bergembira bersama. 
Sampun.
Hasil Jelajah Pagi
#JelajahPagiLestari
#Day2
#KuliahBundaSayang
#GameLevel3
#InstitutIbuProfesional
#FamilyProject
#MyFamilyMyTim

Tidak ada komentar:

Diberdayakan oleh Blogger.