Belajar Matematika dengan Memasak Pisang Goreng
Sore ini hujan menguyur Surabaya, rasa kecewa pada diri Lestari bertambah setelah gagal berangkat TPQ dan harus berhenti bersepeda bersama teman-temannya. Lestari paling kecil diantara mereka, dia kerap kali tertinggal jauh ketika bersepeda. Dia masih belum bisa mengayuh sempurna pedalnya, namun aku sangat bahagia melihat perjuangan dan semangat usahanya.
Ketika hujan mulai turun, kuajak Lestari masuk dan kutawarkan bersepeda di ruang depan, dekat dengan mojok ngelmu. Dia menolak dan meminta mengunakan sepedaku. Sepeda yang mas Wahyu hadiahkan untukku setelah menikah sebagai teman seperjalanan Selena. Lestari mulai merengek dan meninta sepeda itu, sampai “brak” terjatuhlah sepeda itu.
Akhirnya kutawarkan padanya untuk memasak bersama, membuat pisang goreng untuk kudapan sore dan teman berbincang. Berhubung game level 6 sudah dimulai, cooking class ala mamak dibumbui dengan belajar matematika. Kuminta Lestari menuang tepung terigu setengah mangkok, kemudian 4 sendok teh gula. Sembari masak sembari belajar menghitung. Untuk garam masih aku yang menuang, takut keasinan. Setelah itu kuminta untuk menuang air setengah gelas yang sudah kusiapkan. Setelah itu kutawarkan pilihan bentuk pisang yang akan kupoton. Antara panjang (bentuk persegi panjang) atau bulat kecil. Dia memilih panjang, entah dia sudah mengerti perbedaan bentuk apa belu, setidaknya dia tahu bentuk persegi panjang dari pisang yang kami buat.
Acara masak tak semanis pisang goreng yang kami buat. Butuh ekstra kesabaran untuk membuat tiap momentnya terasa manis. Yes, aku sadar masak dengan anak seusia Lestari (35 bulan) itu sesuatu. Tapi kita sedang belajar bersama, dan menanam kenangan yang semoga menjadi peingat di kala jarak memisahkan kita. Mari memasak gadis kecilku.
#hari1
#Tantangan10Hari
#Level6
#KuliahBunsayIip
#ILoveMatch
#MatchAroundUs
Tidak ada komentar: