Pergi ke Dokter Gigi
Add caption |
Dari beberapa hari yang lalu Lestari minta ke dokter gigi. Dia penasaran dengan dokter gigi seperti gambar pada buku little abid berjudul gigiku sehat. Setiap selesai dibacakan buku itu dia minta ke dokter gigi. Akhirnya hari ini kita pergi kesana, meski sempat dulu pergi ke dokter gigi dan dia nangis histeris ketika melihat peralatan yang ada di ruangan dokter gigi.
Aku tak berharap terlalu banyak tentang keberhasilan periksa gigi Lestari hari ini. "Oke hari ini kita akan belajar banyak hal, ketika dia tak mau diperiksa toh gak masalah. Berarti sounding tentang gigi kudu lebih lagi" batin ku untuk menangkis kekecewaan yang mungkin akan terjadi.
Tadi malam setelah sikat gigi, aku bilang ke Lestari bahwa besok kita akan ke dokter gigi di puskesmas. Dia sangat gembira dan antusias, apalagi kita akan naik bemo, semakin bersemangat dia meski jarak ke puskesmas tak lebih dari 3 km. Lestari sangat suka naik bemo. Kalau kuamati karena kaca belakang pada bemo lebar, dia bisa melihat banyak kendaraan dari sana, dia bisa "dada" sesuka hati dengan truk, mobil dan sepeda motor yang kerap kali dilakukan ketika naik bemo.
Pagi ini sebelum berangkat aku menjelaskan ke Lestari apa yang akan dilakukan, kira-kira seperti apa dokter gigi akan memeriksa.
"Lestari mau ke dokter gigi?"
"Mau" ucapnya sambil berbinar
"Nanti Lestari duduk di kursinya bu dokter ya, di atasnya ada lampunya. Nanti lampunya dinyalahkan buat lihat giginya Ayi. Ayi mau gak? Ayi berani gak?"
Ucapku dengan ramah sambil menyisir rambutnya.
"Belani" jawabnya sangat ceria.
"Nanti kalo bu dokter bilang buka mulutmu" sembari berlagak seperti bu dokter.
"Hak hak hak" jawabnya sambil membuka mulutnya.
"Eh nanti disuntik juga mau gak?" Tanyaku.
"Mau, Ayi gak atut" mulai terlihat sedikit ragu.
"Oke setelah maem kita berangkat naik bemo ya" sambil mengacungkan jempolku.
Lestari nampak bahagia, akhirnya kita berangkat menumpang bemo berwarna hijau. Dalam bemo hanya ada 3 penumpang dan Lestari salah satunya. Setelah sampai di Puskesmas kita mengambil nomor antrian, alhamdulillah hari ini lumayan sepi jadi tak begitu lama menunggu. Ketika menunggu giliran, Lestari asyik bermain naik turun timbangan yang cara penggunaannya digeser untuk mengetahui berat badan. Dan ada pengukur tinggi badan yang bisa ditarik (maaf mamak tak tahu namanya). Setelah bosan, Lestari mulai meminta untuk masuk ruangan BKIA, yang tempo hari kita pernah kesana buat imunisasi.
Tak selang beberapa lama nama "Wahyu Indah Lestari" dipanggil. Ketika masuk ruangan, kerap kali dikira itu bukan nama anak jaman now hahaha. Banyak yang mengira nama itu adalah namaku, padahal kan memang nama bapak mamaknya digabung sebagai pelengkap nama Lestari hehehe.
Setelah timbang berat badan ditanya keluhannya, kita diberi pengantar menuju poli gigi. Alhamdulillah Lestari pertama yang masuk. Ketika memasuki poli gigi, aku merasa grogi, ada kekhawatiran dia akan menangis. Memasuki ruangan dokter gigi Lestari nampak gugup, tapi dia berusaha untuk berani. Itu sangat terlihat dari raut mukanya. Ekspresi itu membuatku bangga, dan seketika grogiku hilang. Terimakasih nak untuk usahanya. Setelah sedikit berbincang dengan dokter, Lestari diminta untuk duduk di kursi tempat dokter memeriksa.
"Nak, bobok disini ya, giginya mau dilihat" ucapku dengan lembut.
Lestari mengangguk masih dengan gugupnya. Proses periksa gigi berjalan lancar dan Lestari sangat koorporatif. Ada gigi yang berlubang yang harus ditambal, meskipun masih sangat dangkal lubangnya. Gigi Lestari mudah sekali rusak, padahal kami rajin mengosok gigi.
Setelah dari poli gigi kita kembali ke BKIA untuk imunisasi difteri 2. Sebelum masuk ke BKIA, aku memastikan kembali, "Lestari mau disuntik?"
"Mau"
"Nanti nangis gak?"
"Gak" jawabnya tegas.
Kitapun masuk di BKIA, sebelum menyuntikkan vaksin bu bidan menanyakan apa yang akan dibeli setelah disuntik. Kita pun bingung menjawabnya karena tak ada rencana membeli sesuatu. Mungkin itu salah satu trik pengalihan biar Lestari tidak menangis ketika disuntik.
Lestari duduk dipangkuanku sembari kupeluk, "nanti sakit sebentar ya". Bisikku, untuk menenangkan kegugupannya. Vaksinpun masuk melalui lengan kirinya, Lestari hanya diam dan tidak menangis. Sakit ya nak, sabar ya nanti hilang sakitnya. Beberapa kali kuucapkan untuk menenangkannya.
Kami bergembira bersama sepulang dari puskesmas. Untuk melengkapi kegembiraan di tariknya kota Surabaya, kami menikmati es krim yang dibeli di kedai depan Puskesmas. Hari ini kita belajar banyak. Kita sedang belajar bersama, berpetualang bersama dan bergembira bersama.
#day9
#gamelevel1
#tantangan10hari
#kuliahbundasayang
#komunikasiproduktif
#institupibuprofesional
Tidak ada komentar: