Ads Top

Metode Time Out untuk Kendalikan Marah Anak

 Marah adalah salah satu bentuk dari emosi negatif. Banyak ekspresi dalam mengungkapkan kemarahan, ada yang berteriak, membanting,memukul, diam dll. Setiap orang pasti pernah merasakan kemarahan, ada dzat Maha Kuasa yang membolak balikan hati yang terkadang membuat senang,sedih marah. Bentuk ekspresi marah tiap orang pun berbeda. Selayaknya orang dewasa, anak-anakpun tak luput dari rasa marah ketika keinginannya tak terpenuhi atau merasa tak nyaman dalam satu lingkungan. Anak-anak tak seperti orang dewasa yang piawai menguasai emosi negatifnya. Lestari pun demikian, di usianya 19 bulan dia sangat piawai dalam mengekspresikan perasaannya dan sering berayun. Cepat bahagia di tunjukkan dengan senyum dan tawa, cepat pula marah dengan berbagai macam ekspresi seperti menangis teriak2, lari2 kecil sambil bilang yg dia mau, menjatuhkan diri ke lantai,gulung2, yang bahasa kerennya disebut tantrum. Biasa ketika dia tantrum aku akan memberinya waktu beberapa saat, setelah dirasa cukup baru aku bertanya dan menasehati misalnya gini "sudah nangisnya, capek kan kalo nangis sakit kan kalo njungkel2, ngomongnya jangan sambil nangis ya, ibu kan gak tau kalo lestari maunya apa kalo nangis. Kadang juga pengalihan apa biar nangisnya reda, yang sering sih nyanyi lagu2 dolanan tempo dulu. Tapi tak semua situasi berjalan mulus, tapi aku berusaha untuk memberinya waktu untuk mengekspresikan marahnya dan berusaha bersabar untuk bertanya dan menasehati. Meski pemahaman Lestari masih terbatas, tapi ini waktunya si ibu untuk belajar dan berlatih ciecie. Kadang sih juga gemes dengan nada sedikit dinaikan kalo kondisi si ibu lagi kurang stok sabarnya hahaha.
Sebenarnya ada banyak metode yang dilakukan orang tua dalam mengatasi kemarahan anak, salah satunya yang dibahas tadi siang dalam grup parenting yang aku ikuti (IIP). Seorang bunda kece yang berbagi tentang metode Time out untuk engendalikan marah anak. Yang kurang lebih seperti inilah bahasanya.
Memenuhi tuntutan anak saat mengamuk secara tidak langsung mengajarkan bahwa ia bisa mendapatkan segalanya dengan marah. Padahal marah adalah hal yang harus dikendalikan. Salah satu metode untuk mengatasi marah pada anak adalah metode Time Out.
Time Out adalah cara untuk mengendalikan marah dan menghentikan perilaku buruk anak dengan memberikannya  kesempatan untuk menenangkan diri dan berpikir kembali atas perbuatan yang dilakukannya.
Mengendalikan marah adalah sebuah keterampilan yang harus diajarkan. Jika tidak, tidak menutup kemungkinan anak akan mengalami kesulitan mengendalikan emosi hingga saat ia dewasa. Saat anak marah sebenarnya adalah momen bagi orangtua untuk mengajarkan pengendalian emosi. Namun karakteristik emosi anak biasanya meledak-ledak.
Pada saat anak meledak-ledak emosinya, tidak jarang orangtua berusaha menasehati anak. Padahal, saat tantrum otak reptil anak sedang aktif. Ini mengakibatkan semua nasehat akan mental dan tidak akan didengar. Orangtua yang kesal pada akhirnya memarahi anak. Saat marah kerap kali orangtua menggunakan kata-kata yang dapat menyakiti anak. Tanpa sadar anak dilabeli nakal dan tidak penurut.
Tepat Terapkan Time Out
Time Out bukanlah hukuman. Time Out merupakan senjata terakhir untuk menghadapi perilaku buruk anak jika peringatan tidak mempan. Mempraktekan Time Out haruslah dibarengi dengan metode parenting yang benar.
Melakukan Time Out harus di saat yang tepat. Time Out tidak boleh terlalu sering digunakan. Ingatlah bahwa Time Out adalah jalan terakhir. Time Out digunakan untuk mengtasi emosi berlebihan dan perilaku buruk yang benar-benar merugikan. Orangtua harus paham, mana tindakan yang  bisa diatasi dengan Time Out mana yang tidak. Jangan sampai salah.
Contoh kasus anak malas belajar. Perilaku ini tidak tepat jika diatasi dengan Time Out. Malas belajar dapat diatasi dengna menanamkan semngat dan pujian kepada anak, serta mencari tahu kesulitan apa yang dihadapi anak hingga ia enggan belajar. Jika anak dilakukan Time Out karena malas belajar, bisa-bisa anak mengalami salah motivasi. Belajar bukan untuk mencari ilmu, tapi agar tidak di-Time Out.
Pada prakteknya, saat Time Out anak dipersilakan untuk duduk sendiri di tempat yang telah ditentukan. Anak diharapkan dapat menenangkan diri dan meredakan emosinya. Sebelum melakukan Time Out, komunikasikan kepada anak apa itu Time Out. Kalau perlu jauh-jauh hari berilah contoh oleh orangtua. Misalkan saat orang tua kesal, orangtua meminta izin pada anak untuk diam sejenak sambil berkata, "Ibu mau Time Out dulu di kamar." Dengan begitu anak mengerti maksud dari Time Out itu apa.
Perlu diingat bahwa Time Out bukanlah hukuman. Time Out adalah sarana untuk membantu anak mengendalikan emosinya. Saat akan melakukan Time Out pada anak, pastikan orangtua bicara tanpa emosi dan tanpa banyak kata-kata untuk berusaha menasehati anak.
Jika setelah diberi tiga kali peringatan anak tidak menghentikan perilaku buruknya Time Out bisa dilakukan. Beritahu anak berapa lama ia harus melakukan Time Out. Lama Time Out disesuaikan dengan usia anak. Saat Time Out dilakukan orangtua harus konsisten. Jika anak berusaha meninggalkan tempat Time Out sebelum waktu yang telah disepakati, bawa kembali ke tempatnya.
Jika anak dilakukan Time Out karena marah berlebihan, ajaklah anak berbincang setelah selesai Time Out. Berempatilah padanya, dengarkan kisah si anak kenapa tadi ia marah. Bantulah anak untuk mengeluarkan unek-unek kekesalannya agar ia lega. Namun jika anak dilakukan Time Out karena melakukan perilaku buruk, ajaklah ia beraktivitas kembali tanpa harus mengungkit perilaku buruknya.
Time Out juga bisa dilakukan pada orang dewasa. Esensi dari Time Out adalah meredakan emosi negatif. Orang dewasa bisa mengalihkan energi dari emosi negatif untuk hal lain, misalkan dengan membersihkan rumah, atau berjalan kaki. ***
Tags: time out seminar pengasuhan anak seminar parenting from @rumahparenting.

Tidak ada komentar:

Diberdayakan oleh Blogger.