Ads Top

Nostalgia PATAKA

Foto : Himapala Unesa
Kemarin aku dan Lestari ikut liburan ala kantor suami, bukan libur kecil kaum kusam. Libur kaum sedikit gendongan hahaha, dengan menikmati vila berfasilitas elite bak hotel berbintang di daerah Trawas. Secara administratif Trawas terletak di kabupaten Mojokerto dengan ketinggian rata2 700 meter di atas permukaan laut. Sepanjang perjalan menuju Trawas, memoriku kembali pada 5 atau 4 tahun silam ketika aku menjadi tim PATAKA 34 dan PATAKA 35 Himapala Unesa. Menulis kata Himapala ada perasaan bangga, bahagia, syukur dan sedikit malu. Bangga karena menjadi bagian dari organisasi besar pada masa nya, bahagia dan syukur karena banyak ilmu, saudara, teman, berjuta rasa yang pernah disajikan dan sedikit malu ketika tak bisa berkontribusi penuh untuk organisasi terutama untuk kelestarian alam yang notabene himapala merupakan organisasi yang bergerak di pecinta alam.
Ah jadi rindu akan semua yang ada dan pernah terjadi disana.
Kembali ke memori tentang PATAKA, Pataka merupakan perjalanan tampak kaki sejarah terbentuknya himapala Unesa yang dilakukan untuk memperingati ulang tahun. Rangkaian acara dimulai dari upacara pelarungan perahu pataka di Pantai Kenjeran (0 mdpl) dilanjutkan dengan perjalanan tim pataka menuju puncak gunung Welirang (3.156 mdpl). Perjalanan panjang yang melelahkan. Kala itu dari anggota himapala khususnya para senior sering bilang "hanya orang gila yang mau menjadi tim pataka, apalagi jadi tim lebih dari 1kali". Tapi menjadi gila itu asyik juga hehehe. Dimana tidak gila, tim harus berjalan 130 km lebih dengan medan yang beragam
Bagiku menjadi tim pataka menjadi kebanggaan tersendiri. Dimana aku merasa spesial bisa mengemban tugas mulia ihir.
Banyak yang aku dapatkan selain rasa lelah dan atribut khusu yang hanya dimiliki oleh tim pataka. Rasa bosen akan aspal panjang dan matahari menyengat yang kadang membuatku berada di titik nol dan ingin menyerah. Apalagi ketika melewati Porong Sidoarjo yang tak kunjung usai dengan aroma khas dari lumpur lapindo. Ada juga perasaan lega dan bahagia ketika sudah terlihat masjid Chengho yang merupakan pos untuk tidur sebelum melanjutkan perjalanan menuju pos perijinan gunung Welirang. Medan kami beragam, mulai berendam di laut, jalanan aspal panjang yang meleleh panasnya hingga dinginnya gunung Welirang kala badai kita nikmati. Kalo dipikir kug bisa dan mau lakuin itu semua. Mungkin karena kehebatan senior2 dalam meracuni adik2nya. Terimakasih para senior himapala, racun kalian aduhai sungguh nikmat dilakukan dan asyik ketika dikenang.
Sepanjang perjalanan menuju Trawas kemarin, banyak titik2 yang membuatku bernostalgia akan moment2 untuk menolak lupa. Tak ada yang bisa kulakukan kecuali senyum simpul sambil membatin dalam hati akan kejadian2 unik,lucu kadang sedikit hina yang aku sangat bahagia ketika mengingatnya. Sebenarnya ada keinginan untuk bercerita ke suami tentang moment kala itu pada tempat itu tapi apa boleh buat suami duduk di bangku depan dekat dengan pengemudi, sedang aku paling belakang bersama Lestari.
Ada banyak hal dalam kehidupan yang harus dilalui. Seperti halnya perjalanan pataka dengan medan yang kompleks, suasana yang beragam, perasaan yang mengayun (kadang bahagia,putus asa,marah, dll) dan anggota tim yang punya warna berbeda-beda. Aku sangat bersyukur pernah merasakan itu semua, sedikit banyak pengalaman2 itu menjadi modal untuk memupuk keberanian dalam menjalani kehidupan. Seperti yang pram katakan "semakin tua kehidupan yang dihadapi semakin majemuk, maka orang harus semakin berani untuk dapat menghadapinya" (Bumi Manusia, 383). Terimakasih Himapala Unesa.



Tidak ada komentar:

Diberdayakan oleh Blogger.