Ads Top


Esoknya, pagi begitu cerah matahari menghangatkanku dari sisa atmosfer semalam yang membeku. Rasa nyeriku sudah berkurang,banyak dan semangatku mulai muncul seraya sinar matahari menyinari tubuhku. Semangat pagi ini akan menjadi modal menuju jalan pulang.
Aku bergegas untuk packing setelah sarapan dengan biskuit kelapa berbungkus merah yang sudah menipis stoknya. Aku tak bisa seenaknya untuk memakan sisa bekal yang aku punya. Aku tak tahu apa yang akan terjadi berikutnya. Kemarin aku sudah memakan jatah untuk hari ini. Hujan kemarin membuat perutku tak bisa diajak berkompromi dengan aturan manajemen sisa bekalku.
Aku mulai berjalan menuju arah jalan setapak, kutemui jalan setapak yang semakin lama semakin menyempit dan hilang. Aku kembali masuk dalam semak belukar dengan ilalang dan pohon edelwais yang menjulang tinggi. Aku terus berjalan dengan sisa tenanga dan semangatku sambil beberapa kali berharap akan bertemu dengan manusia lain. Sampai pada tengah hari jalan setapak tak lagi aku temukan. Keraguanpun menyelimuti hatiku dan logikaku dipenuhi akan pertanyaan seputar jalan yang aku ambil.
Setelah beristirahat di bawah pohon besar, aku melanjutkan perjalanan dengan penuh keraguan. Aku terus berjalan menuju arah matahari dan kutemukan jalan setapak kembali. Aku tetap berjalan mengikuti jalan setapak meski rasa nyeri mulai mengannggu langkahku. Haripun semakin gelap, aku memutuskan untuk bermalam karena tak mungkin melakukan perjalanan malam di Argopuro dengan kondisi tak tahu arah. Resiko tersesat sangat tinggi, meskipun aku sedang dalam tersesat.
Tak terasa ini hari kelima aku tersesat. Bekal makananku semakin menipis. Harapanku hari ini akan menemukan titik terang dan bisa untuk pulang. Sudah sembilan hari aku berada dalam kuasa dewi Rengganis. Aku berusaha untuk membesarkan hatiku dan terus berjalan menyusuri jalan setapak. Lagi-lagi jalan setapak hilang dan memasuki semak belukar yang menjulang tinggi. Seolah aku sudah melewatinya dan mengulang jalanan ini sejak dua hari lalu.
Air mataku tak kuasa kubendung, hatiku sagat sesak menahan kebosanan dan keinginan untuk pulang. Aku terus berjalan dan berjalan, dan terus mengulang perjalanan seperti hari sebelumnya. Aku baru sadar sebenarnya aku sedang berjalan di tempat yang sama sejak tiga hari silam dan seolah sedang berada pada dimensi dunia yang lain. Aku sudah tak tahu lagi apa yang harus aku lakukan, aku hanya bisa berjalan entah sampai sebatas apa aku mampu.

Sampai pada satu titik aku benar-benar merasakan lelah dan menyerah. Aku malu pada diriku dan Tuhan, bahkan untuk meminta pertolonganNya aku teramat malu. Aku sudah menyerahkan sepenuhnya diriku dan hidupku kepada Illahi. Kuletakkan semua beban dan kesenangan yang ada. Kuletakkan kesombongan dan keangkuhan atas diriku. Kuletakkan semua rasa yang pernah ada. Aku sudah pasrah untuk berhenti berjalan dan menyerah pada keadaan. 

#30DWC
#30DWCJILID11
#Squad5
#Day29

Tidak ada komentar:

Diberdayakan oleh Blogger.