Argopuro #10
Esoknya, pagi begitu cerah matahari menghangatkanku dari
sisa atmosfer semalam yang membeku. Rasa nyeriku sudah berkurang,banyak dan
semangatku mulai muncul seraya sinar matahari menyinari tubuhku. Semangat pagi
ini akan menjadi modal menuju jalan pulang.
Aku bergegas untuk packing setelah sarapan dengan
biskuit kelapa berbungkus merah yang sudah menipis stoknya. Aku tak bisa seenaknya untuk memakan sisa bekal yang aku
punya. Aku tak tahu apa yang akan terjadi berikutnya. Kemarin aku sudah memakan
jatah untuk hari ini. Hujan kemarin membuat perutku tak bisa diajak berkompromi
dengan aturan manajemen sisa bekalku.
Aku mulai berjalan menuju arah jalan setapak, kutemui
jalan setapak yang semakin lama semakin menyempit dan hilang. Aku kembali masuk
dalam semak belukar dengan ilalang dan pohon edelwais yang menjulang tinggi. Aku
terus berjalan dengan sisa tenanga dan semangatku sambil beberapa kali berharap
akan bertemu dengan manusia lain. Sampai pada tengah hari jalan setapak tak
lagi aku temukan. Keraguanpun menyelimuti hatiku dan logikaku dipenuhi akan
pertanyaan seputar jalan yang aku ambil.
Setelah beristirahat di bawah pohon besar, aku
melanjutkan perjalanan dengan penuh keraguan. Aku terus berjalan menuju arah
matahari dan kutemukan jalan setapak kembali. Aku tetap berjalan mengikuti
jalan setapak meski rasa nyeri mulai mengannggu langkahku. Haripun semakin gelap,
aku memutuskan untuk bermalam karena tak mungkin melakukan perjalanan malam di
Argopuro dengan kondisi tak tahu arah. Resiko tersesat sangat tinggi, meskipun
aku sedang dalam tersesat.
Tak terasa ini hari kelima aku tersesat. Bekal makananku
semakin menipis. Harapanku hari ini akan menemukan titik terang dan bisa untuk
pulang. Sudah sembilan hari aku berada dalam kuasa dewi Rengganis. Aku berusaha
untuk membesarkan hatiku dan terus berjalan menyusuri jalan setapak. Lagi-lagi
jalan setapak hilang dan memasuki semak belukar yang menjulang tinggi. Seolah
aku sudah melewatinya dan mengulang jalanan ini sejak dua hari lalu.
Air mataku tak kuasa kubendung, hatiku sagat sesak
menahan kebosanan dan keinginan untuk pulang. Aku terus berjalan dan berjalan, dan
terus mengulang perjalanan seperti hari sebelumnya. Aku baru sadar sebenarnya
aku sedang berjalan di tempat yang sama sejak tiga hari silam dan seolah sedang
berada pada dimensi dunia yang lain. Aku sudah tak tahu lagi apa yang harus aku
lakukan, aku hanya bisa berjalan entah sampai sebatas apa aku mampu.
Sampai pada satu titik aku benar-benar merasakan lelah
dan menyerah. Aku malu pada diriku dan Tuhan, bahkan untuk meminta pertolonganNya
aku teramat malu. Aku sudah menyerahkan sepenuhnya diriku dan hidupku kepada
Illahi. Kuletakkan semua beban dan kesenangan yang ada. Kuletakkan kesombongan
dan keangkuhan atas diriku. Kuletakkan semua rasa yang pernah ada. Aku sudah
pasrah untuk berhenti berjalan dan menyerah pada keadaan.
#30DWC
#30DWCJILID11
#Squad5
#Day29
#30DWCJILID11
#Squad5
#Day29
Tidak ada komentar: