Resah Berpisah
Kali pertama mengikuti kelas menulis terbersit keraguan. Rasa tidak percaya diri seolah sedang menghantuiku. Logikaku terus mengatakan bahwa aku bukan seorang penulis dan tidak bisa menulis dengan segala pembenaran yang seolah nyata. Ada keinginan besar padaku untuk bisa menulis dengan apik layaknya penulis ternama dengan sederetan karya yang mempesona. Namun lagi-lagi aku dibenturkan oleh kenyataan bahwa aku bukan seorang penulis.
Sampai pada suatu ketika aku menulis sebuah cerita dengan melibatkan perasaanku dan kata hatiku. Kutulis cerita tentang Semax, yang terinspirasi dari mimpi suamiku yang diceritakannya pada suatu pagi. Awalnya itu hanya cerita ringan dikala menuikmati secangkir kopi. Dari situ mulai aku merasakan seperti ada ruh dalam diriku yang membangkitkan rasa percaya diri yang sedang tertidur pulas. Aku berusaha meyakinkan diriku untuk terus menulis. Dari situlah aku memutuskan untuk ikut 30DWC, sebuah tantangan menulis selama 30 hari penuh.
Dan aku tak menyangka bahwa hari ini adalah hari terakhir dan aku bisa menulis sampai detik ini. Entah hasil tulisanku baik atau tidak, ini hanya soal selera.
Ada banyak kenangan yang tertoreh selama 30 hari belakangan ini. Tentang pertarungan dengan diri sendiri dalam melawan rasa malas, minder, serta kebingungan yang kelak akan kurindukan. Ada rasa resah berpisah untuk mengakhiri kelas yang telah memberikan banyak hal tak hanya sekedar pelajaran namun juga tentang teman-teman yang juga sedang berjuang untuk selalu menulis Ini tentang rasa resah berpisah dengan pembiasaan selama 30 hari. Ada rasa ngilu dalam hati ketika berakhirnya tantangan dalam kelas ini. Terimakasih kasih sedalam-dalamnya kepada mereka semua.
#30DWC
#30DWCJILID11
#Squad5
#Day30
#30DWCJILID11
#Squad5
#Day30
Tidak ada komentar: