Ads Top



Semangatku mulai memudar. Rasa jenuh dan kesepian membuatku engan untuk melanjutkan perjalanan, namun tak ada pilihan lain aku masih harus menuju Taman Hidup dan kembali pulang lewat jalur Bremi. Aku berbegas untuk mengemas segala peralatanku. Aku akan mampir ke puncak Rengganis, mungkin hanya beberapa menit saja. Ada rasa males untuk jelan menuju puncak, padahal puncak adalah dambaan setiap pendaki. Tapi kali ini berbeda, keinginan untuk pulang malah sedang memuncak. Seperti inilah yang sering aku alami ketika di ketinggian, ada perasaan rindu yang teramat akan rumah dan keluarga.
Perjalanan menuju puncak Renganis hanya sekitar setengah jam dari Alun – alun lonceng. Aku berjalan dengan cepat dengan rasa ragu. Tetap kupaksakan untuk ke puncak. Untuk menikmati keindahan sang dewi Rengganis dari ketinggian. Pagi itu semesta tak berpihak padaku. Kabut tebal mengelilingi puncak, badai seolah ingin menghalangi langkahku menuju singasanah sang dewi. Namun puncak dapat aku singahi, hanya beberapa menit aku menikmatinya. Sambil berlari aku turun menuju Alun – alun lonceng. Seolah ada suntikan semangat untuk aku segera bergegas dan melanjutkan perjalanan dengan medan yang terjal.
Perjalanan menuju Taman hidup masih 6 jam lagi. Kemungkinan aku akan berbuka puasa disana. Beban carierku berkurang, bekal makananku sudah berkurang banyak. Medan kali ini sangat terjal, banyak pohon tumbang, ada beberapa jalan yang harus menggunakan bantuan tali tampar yang sudah terpasang disana. Butuh konsentrasi dan tekad yang kuat untuk melaluinya.
Kondis badanku kurang baik, akibat kurang istirahat. Tidurku tadi malam tak nyenyak karena dihantui rasa takut. Namun semanagtku sedang dalam kondisi on fire, aku akan segera menuju taman hidup yang kemungkinan besar akan bertemu dengan penduduk sekitar yang sedang mancing di Taman Hidup. Selain itu keindahan Taman Hidup sudah terbayangkan di depan mata. Danau yang sangat indah dengan dua bukit menjadi latar belakanya dan ilalang yang mengelilinggi sekitarnya.
Medan yang panjang dan sesekali sangat terjal sangat menguras tenangaku. Tengorokan seolah tak bisa di ajak berkompromi untuk menunaikan kewajiban puasa, namun aku masih sedang berperang dan kupaksakan untuk melanjutkan puasa. Sekitar 2 jam perjalanan, dengan mengitari punggungan naik turun punggungan membuatku tak kepayang menahan lelah dan rasa lapar. Sampai pada suatu ketika aku melewati punggungan, seolah konsentrasiku hilang karena rasa dahaga sehingga membuatku terperosok dalam jurang sedalam tujuh meter dan membuatku tak sadar selama sehari semalam.


#30DWC
#30DWCJILID11
#Squad5
#Day16
 



Tidak ada komentar:

Diberdayakan oleh Blogger.