Ads Top

Menemukan Diri di IIP

Bismillahhirohmanirohim...

Kau tahu kawan apa yang sedang aku rasakan ketika menulis ini. Rasa ngilu dalam hati yang seolah bendenyut mengikuti irama detak jantung, dan sesekali membuat nafas ini terasa berat. Menuliskan ini ibarat membuka lembaran dosa yang berlapis dan menjulang tinggi. Penyesalan demi penyesalan yang seolah terlalu banyak atas kelalainku dalam menjalankan dan menikmati peran sebagai istri dan ibu. Di sisi lain ada perasaan bahagia atas nikmat yang Allah berikan lewat Matrikulasi Institut Ibu profesional. Aku menjadi salah satu bagian dari semesta yang bisa merasakan pembelajaran hebat dengan materi, Nice Homework (NHW) dan semua elemen yang ada dalam kelas. Kelas tanpa dinding, atap, bahkan tanpa bertatap muka, namun seolah hati kita dipersatukan dalam frekunsi yang sama.Terimakasih Ya Allah, Kau memang Maha Asyik. 

Sebenarnya aku bingung memulainya dari mana, sangking derasnya aliran rasa yang kurasakan semenjak menjadi bagian dalam kelas matrikulasi Institut Ibu Profesional (IIP) batch 5. Hah, menjadi seorang ibu yang profesional!! bahkan membayangkannya pun aku tak pernah. Betapa bodohnya aku memulai sebuah petualangan namun tak berbekal dan tak bertujuan. Dari sinilah aku memulai petualangan untuk mencari sebuah jati diri. Dalam prosesnya kami ditempa dengan 9 materi dengan tugas  menyenangkan (NHW) yang memaksa kami untuk menyelami diri lebih dalam. Bahkan sebagai pembukanya kami dihadapkan atas pilihan jurusan dalam Universitas kehidupan. Ini awalan “jleb moment” bagiku.

Ada yang seolah hilang pada diriku setelah menikah dan punya anak. Salah satunya adalah semangat pemacu adrenalin yang dulu sering kutemukan ketika berkegiatan di Himapala. Seolah aku dulu benar-benar hidup. semangatku terpacu dan energi dalam tubuhku tak pernah habis. Ada banyak peranan dan pengalaman berharga yang aku dapat dari beraktifitas di alam bebas dan berorganisasi. 

Memutuskan untuk menikahpun bukan sesuatu yang rumit untukku kala itu. Ada “krentek” dalam hatiku menerima pinangan teman seperjalan Semeru delapan tahun silam. Ditambah logikaku yang menari-nari mencari pembenaran bahwa dia adalah yang baik untuk menjadi suamiku. Tak berbekal ilmu agama ataupun lainnya kamipun melangkah memulai petualangan berumah tangga dengan bekal yang tak mumpuni satu sama lain. Ada banyak nikmat yang aku rasakan, dan banyak pesakitan-pesakitan yang sebenarnya aku buat dengan pikiranku. 

Setelah punya anak dan memutuskan untuk berhenti bekerja seolah rasa percaya diriku terkikis. Krisis percaya diri yang membuatku semakin tak tahu arah. Banyak sekali yang ingin dikejar untuk eksistensi diri namun malah lalai akan peran dan tangung jawab saat itu. Post power syndrom menyelimuti, dari pekerja kantoran berblezer menjadi emak berdaster kumel. Merasa sangat tak berarti ketika hanya menjadi seorang ibu rumah tangga dengan segudang rutinitas yang sering menjemukan dan kupandang sebelah mata. 

Namun setelah menjadi bagian dari matrikulasi IIP bacht 5 banyak hal yang berubah. Perubahan terbesar adalah tentang pola pikir dan itu adalah bekal utama dalam petualanganku saat ini. Hal ini sangat penting bagiku, dimana aku harus menentukan jalan mana dan cara seperti apa yang akan aku pilih. Disini aku belajar banyak hal. Menyelami diriku untuk tahu siapa sebenarnya aku lewat racikan materi, NHW dan semua yang ada dalam kelas.

Dari sini aku mulai berpikir tentang makna sesunguhnya atas setiap peran. Belajar untuk bertahan setia  di luar lingkaran dan belajar memelihara sikap dengan pola pikir yang berbeda dengan lingkungan saat ini. Aku mulai menyadari tentang sebuah perbedaan yang sengaja diciptakan untuk saling melengkapi dan membuat hidup semakin berwarna. Dan aku mulai merasakan nikmatnya sebuah petualangan menjadi seorang ibu rumah tangga dengan segala hal yang aku punya saat ini.  

Saat ini aku mulai menikmati asyiknya berproses dalam setiap peran. Aku seolah hidup kembali setelah sekian lama jiwa ini terasa mati suri. Aku merasakan nikmat yang serupa ketika naik gunung dalam menjalankan perananku sebagai seorang istri dan ibu. Ada rasa lelah yang kadang berlebih namun menjadi rindu dan candu.  Aku merasakan sejuk dan indahnya pemandangan lewat binar mata suami dan anakku. Ada rasa penasaran untuk ke tempat baru dengan medan yang baru pasca mendaki. Seperti itulah aku saat ini, selalu ada rasa penasaran tentang ilmu-ilmu yang baru aku tahu terutama tentang peranku sebagi istri dan ibu. Aku sangat menikmati belajar bagaimana caranya belajar yang tertuang dalam materi 5. 

Aku akan berubah menjadi lebih baik, bukan karena aku takut kalah. Aku akan berubah karena itu adalah bentuk tangung jawabku sebagai seorang manusia atas pilihan yang aku pilih. Dan aku siap untuk berpetualang dengan berbagai medan dan cuaca yang tentunya akan terasa nikmat dalam setiap prosesnya. Terimaksi untuk semua elemen Institut Ibu Profesional dan terimkasih teman-teman kelas atas pembelajaran dan nikmatnya berproses bersama, Barokallah.

Tidak ada komentar:

Diberdayakan oleh Blogger.