Komunikasi Peoduktif #7
Beberapa hari ini Lestari sangat tertarik dengan pisau yang kubeli dengannya beberapa hari yang lalu. Dia sangat penasaran dengan pisau bergagang biru muda. Beberapa kali dia sempat bertanya itu apa, untuk apa.
Pagi menjelang siang setelah dia asyik bermain di lapangan, seperti biasa kutawarkan permainan apa yang dia inginkan. Dia ingin melukis dengan menuang cat sendiri dalan palet. Melukis ala la hanya bertahan beberapa menit. Dia mulai bosan, mungkin sebenarnya dia hanya ingin proses menuang cat saja.
Beberapa permainan yang ada aku tawarkan, tapi dia menolak. Si mamak tak habis ide, ditawarkan untuk membuat adonan dari tepung terigu yang di canpur air. Rencananya setelah adonan jadi kami akan mencetaknya dengan mengunakan corong peniup balon. Hasil cetak adonan tadi hampir menyerupai kue nastar, menarik sekali. Namun lagi-lagi Lestari mulai bosan. Akhirnya Lestari ambil sendok untuk digunakan memotong adonan yang sudah dipenyet dalam nampan. Dia mulai kesal karena sendok tak dapat digunakannya untuk memotong.
Akhirnya kutawarkan untuk menggunakan pisau bergagang biru muda. Dia sangat antusias dan matanya kembali berbinar. Dengan lembut dan mengunakan kalimat singkat ku mulai menjelaskan tentang pisau dan aturan pakainya.
"Lestari ini pisau, ini tajam bisa kebacok jadi hati-hati ya pakainya." Ucapku sambil memperlihatkan ujung yang tajam.
"Ini runcing, kalo kena sakit ya" sambil tujunkkan ujung pisau dan sedikit kutempelkan pada tangannya.
"Caranya pegang seperti ini, kalo mau pakai seperti ini caranya" sembari ku presentasikan cara memotong adonan yang dibuat tadi.
Lestari dengab seksama memperhatikan presentasi yang aku lakukan. Setelah kutanya apa dia bisa menggunakannya, kuserahkan pisau itu. Sebenarnya dalam hati ada rasa khawatir, tapi kucoba untuk percaya padanya. Dan ternyata Lestari mengerti, dan sangat hati-hati dalam mengunakannya. Dia sangat fokus untuk memotong adonan yang kubuat memanjang. Rentang konsentrasinya lumayan panjang untuk seukuran usianya. Selamat bermain nak.
Pagi menjelang siang setelah dia asyik bermain di lapangan, seperti biasa kutawarkan permainan apa yang dia inginkan. Dia ingin melukis dengan menuang cat sendiri dalan palet. Melukis ala la hanya bertahan beberapa menit. Dia mulai bosan, mungkin sebenarnya dia hanya ingin proses menuang cat saja.
Beberapa permainan yang ada aku tawarkan, tapi dia menolak. Si mamak tak habis ide, ditawarkan untuk membuat adonan dari tepung terigu yang di canpur air. Rencananya setelah adonan jadi kami akan mencetaknya dengan mengunakan corong peniup balon. Hasil cetak adonan tadi hampir menyerupai kue nastar, menarik sekali. Namun lagi-lagi Lestari mulai bosan. Akhirnya Lestari ambil sendok untuk digunakan memotong adonan yang sudah dipenyet dalam nampan. Dia mulai kesal karena sendok tak dapat digunakannya untuk memotong.
Akhirnya kutawarkan untuk menggunakan pisau bergagang biru muda. Dia sangat antusias dan matanya kembali berbinar. Dengan lembut dan mengunakan kalimat singkat ku mulai menjelaskan tentang pisau dan aturan pakainya.
"Lestari ini pisau, ini tajam bisa kebacok jadi hati-hati ya pakainya." Ucapku sambil memperlihatkan ujung yang tajam.
"Ini runcing, kalo kena sakit ya" sambil tujunkkan ujung pisau dan sedikit kutempelkan pada tangannya.
"Caranya pegang seperti ini, kalo mau pakai seperti ini caranya" sembari ku presentasikan cara memotong adonan yang dibuat tadi.
Lestari dengab seksama memperhatikan presentasi yang aku lakukan. Setelah kutanya apa dia bisa menggunakannya, kuserahkan pisau itu. Sebenarnya dalam hati ada rasa khawatir, tapi kucoba untuk percaya padanya. Dan ternyata Lestari mengerti, dan sangat hati-hati dalam mengunakannya. Dia sangat fokus untuk memotong adonan yang kubuat memanjang. Rentang konsentrasinya lumayan panjang untuk seukuran usianya. Selamat bermain nak.
#day7
#gamelevel1
#tantangan10hari
#kuliahbundasayang
#komunikasiproduktif
#institupibuprofesional
Tidak ada komentar: