Review buku "Yang Menyublim di Sela Hujan"
Membaca buku “Yang Menyublim di Sela Hujan” seperti membaca buku harian
si penulis yaitu Fawaz. Isinya menceritakan pengalaman belajar mengajarnya di
Sekolah Asmat. Selayaknya buku harian, ceritanya apa adanya, renyah
penyajiannya, dan sangat bermakna dalam setiap kisahnya. Ceritanya mengalir dan
membuat hanyut ketika membacanya. Sesekali derai air mata tertumpah meresapi
tiap moment yang terjadi.
Buku ini wajib dibaca oleh siapa saja yang pernah sekolah, yang sedang
menyekolahkan anaknya atau siapa saja yang bisa membaca. Ketika membaca buku
ini, aku dibawanya berpikir dengan mengunakan emosi dan rasio. Kedua komponen
dalam otak yang dipaksa beradu dan melihat kenyataan yang ada. Aku diajak
melihat sesuatu dari sudut pandang yang berbeda, tentang keadilan yang selama ini
terbayang akan keseragaman.
Membaca buku ini, aku diajak menjelajah dalam keindahan, keeksotisan dan
keekstriman Papua. Fawaz beberapa kali mendeskripsikan keindahan alam Papua
yang luar biasa. Kerimbunan hutan yang tak ada bandinganya denagn tempat-tempat
yang pernah ia kunjungi. Kekayaan alam yang melimpah yang mengiyurkan para koorporet
untuk memeras isi perut buminya yang berakibat pada penduduk asli Papua yang
tak dapat menikmati tanah moyangnya. Keistimewahan orang-orang Papua (Mumugu
Batas Batu) menjadikan aku berpikir lebih dalam lagi dan melihat dari berbagai
sudut pandang.
Dalam buku ini, Fawaz juga menyentil sedikit tentang tradisi pemayauan
dan kalibalisme, yang sangat terkenal dan membuat keder orang-orang luar Papua. Buku ini merupakan paket lengkap yang
menyentuh berbagai aspek, dari kemanusiaa, religi, ekonomi, pendidikan dan
soaial budaya. Lewat buku ini Fawaz berbagi Kegemberiaan, kesedihan, keharuan,
dan kesepian kepada pembaca. Terimakasi Fawaz untuk kisah dan buku bergizi
sebagai teman diskusi dan minum kopi. Semoga selalu sehat sentosa meski
sesekali terpaksa menikmati kereta (baca
malaria) yang sedang lewat.
Tidak ada komentar: