Komunikasi Produktif (Kendalikan Emosi)
Dia
selalu memperhatikan segala sesuatu yang aku pakai kemudian dia akan mencoba
memakainya. Selama ini aku berusaha memberikan ruang padanya untuk berkreasi
dalam menyalurkan rasa ingin tahunya, selama itu tak mengancam jiwa.
Aku
sudah legowo untuk berbagi dengan Lestari, asalkan aman dan efek sampingnya
sangat ringan. Namun kejadian minyak
wangi kemari masih sedikit membuatku gimana gitu. Tiba-tiba pagi ini ketika
Lestari main dengan si bapak dalam kamar. Si bapak bilang, nanti dimarahin ibu
loo kalo pakai itu. Dari dapur kudengar percakapan mereka, langsung sinyal
kepanikan melanda. “aduh opo maneh iki seng buyar” bantinku. Karena ketika main
sama bapak akan semakin runyam dunia persolekan mamak dan anak, pernah suatu
waktu baby cream habis dibuat olesan
dimana-mana dan mas Wahyu tetap stay cool
cuma bilang “tak jaluk gak oleh”. Jadi aku harus menyiapkan hatiku dengan
lapang dan meminimalisir kerusakan-kerusakan aku rapopo.
Segera
kuhampiri ke kamar, kulihat Lestari sedang asyik memegang botol minyak wangi
punyaku. Si bapak masih santai dengan gitar ditangannya. Memang tadi kudengar
mereka sedang bernyanyi, lagu-lagu kombinasi yang mas Wahyu buat yang terasa
aneh dan tak merdu. Hasil otak atik lirik lagu yang tak nyaman didengar.
Misalnya saja lagu Abang Tukang Bakso, “Abang tukang bakso mari-mari sini mari
ulang tahun”. Memang akhir-akhir ini Lestari sangat suka nyanyi lagu Selamat
Ulang Tahun. Sekali nyanyi bisa diulang 5x. Jadi si bapak gemes dan menganti
lirik lagu apa saja dan menambah kalimat selamat ulang tahun.
kembali
ke minyak wangi mamak, yah namanya mamak-mamak kalo ada kesempatan curhat
semuanya pengen diomongin (maafken ya sungkem satu-satu). Kulihat dia sedang
pegang botol minyak wangi itu, dan aroma minyak wangi semerbak dalam kamar.
Dengan ramah dan intonsai yang kalem mulai kucoba minta.
“Lestari itu minyak
wangine siapa?”
Dia hanya tersenyum
malu-malu, dan kubalas dengan senyuman pula.
“itu minyak’e ibu ya?”
“iya, Ayi minta” jawabnya
masih cengegesan.
“loh kug belum ijin ke
ibu?”masih dengan nada yang ramah
“ibu boleh minta, idit
ae.” Pintanya sangat mengemaskan.
“boleh 2 kali saja ya”
jawabnku.
Dia
mulai menuang minyak itu di bagian baju sebelah kanan, kiri, atas dan bawah. “Ayi
tadi ibu bilang dua kali ya, kug empat kali”. Ucapku mempertegas. Dia hanya
ngowoh, mungkin dia belum paham tentang jumlah, dia hanya mengerti sebatas
hitungan. Namun ketika aku mengunakan kata “sedikit” atau “secukupnya” akan
lebih absurd lagi buatnya. Ah aku jadi bingung seperti apa menjelaskan maksud
kepadaya tentang takaran. Melipir belajar lagi, belajar bareng yuk nak.
#day6
#gamelevel1
#tantangan10hari
#kuliahbundasayang
#komunikasiproduktif
#institupibuprofesional
Tidak ada komentar: