Kembali ke Jalan Ninja (komunikasi produktif)
Setelah
kerunyaman yang berturut-turut terjadi, aku merasa ada sesuatu yang salah
dengan pola yang dijalankan beberapa hari ini. Lestari lebih suka berteriak, ketika
nangis akan kenceng dan emosinya sangat labil. Faktor pastinya aku belum begitu
mengerti, apakah karena lingkungan bermain baru, di tetangga belakang masjid
yang kebanyakan orang-orangnya ngomong dengan nada tertinggi kadang-kadang
berteriak bahkan sesekali memukul untuk berkomunikasi dengan anakknya. Aku tak
dapat membendung itu semua dihadapan Lestari, kejadian-kejadian yang dia lihat
dua hari belakangan secara sadar terserap dalam neuronnya. Karena diusianya
sang amygdala lah yang sudah on sejak lahir. Bagian otak inilah yang berperan
dalam melakukan pengolahan dan ingatan terhadap reaksi emosi (https://id.wikipedia.org/wiki/Amigdala)
Seolah kejadian yang dilihatnya
terekam dengan jelas dalam memorinya, dan secara sadar dia menirukannya. Mungkin
disisi lain juga emosi dari si mamak yang labil akhir-akhir ini karena tubuh
yang masih capek pasca sakit beberapa hari yang lalu. Si anak jadi menyerap
emosi si mamak yang seolah-olah menjadi kerunyaman yang timbul akibat tingkah
pola anak. Ditengah rasa capek yang melanada, tiba-tiba terbersit bahwa aku
sudah belajar di Institut Ibu Profesional tapi kenapa aku tak kunjung menjadi
seorang ibu yang profesional, kenapa aku masih saja tidak bisa mengontrol
emosiku setelah mendapatkan banyak ilmu tentang itu semua. Padahal ini sudah
masuk pada hari ke lima dalam tantangan 10 hari materi komunikasi produktif. Kemudian
aku mulai teringat tentang talk show tentang self improvment yang
beberapa bulan lalu ku ikuti bebarengan dengan wisuda kelas matrikulasi.
Kemudian munculah perasaan berdosa dan bersalah,
setelah melakukan perenunga dan membaca materi-materi yag pernah kudapat dari
IIP, muncullah kembali jalan ninja ku keingin menemani dan bahagia dalam
berproses bersama Lestari.
Mulai pagi hari aku sudah
mempersiapkan hatiku untuk bersenang-senang dengan Lestari, urusan domestik
bisa diatur nanti atau minta bantuan sama mas Wahyu. Yang jelas hati, pikiran
dan waktuku untuk Lestari dari pagi hingga dia menjelang tidur siang. Kuterapkan
kembali indikator dalam komunikasi produktif dengannya. Kumulai pagi kami
dengan menyusun rencana yang akan kita lakukan untuk hari ini. Begitu Lestari bangun
tidur sudah kupeluk dengan erat, dia pun memelukku dengan erat.
Sambil dalam pelukanku ditawarkan padanya, “Lestari mau mandi
dulu apa maem dulu?”
“emok, kene ae” masih dengan memelukku.
“Lestari suka dipeluk” tanyaku, kurasa pagi tadi aku merasa
mamak yang sangat spesial.
“suka” jawabnya sambil mulai melepaskan pelukannya.
“ibu, aku pipis” ucapnya.
“ayuk, mandi juga biar wangi” jawabku.
“mandi ewe ya, taruh bawah” pintanya.
“oke siap” meluncurlah kami ke kamar mandi.
Kusiapkan segala sesuatu yang dia
butuhkan untuk mandi. Aku memintanya untuk tidak keramas. Dia belum bisa
keramas, mandi sendiri pun belum bisa bersih. Ditengah asyiknya dia mandi
sendiri aku bisa curi kesempatan untuk menyelesaikan tugas domestik yang belum
selesai.
Setelah kurasa cukup, kutanyakan padanya. “sudah mandine?”
“Belum” jawabnya sambil menyiram-nyiramkan air.
“lihat tangan Ayi sudah keriput, ini kenapa ya?” sambil
kutunjukan jemari kecilnya.
Lestari hanya diam, sambil melihat-lihat tangannya. “itu
tangannya kedinginan mungkin, mandinya sudah dulu ya, nanti sore mandi lagi”
ajakku dengan ramah.
“He’e” jawabnya dengan logat khas dari kampung bapaknya.
“Lestari yang belakang kug masih kering, belum kena air ya?”
tanyanku lagi dengan ekpresi heran
“iya” sambil meraba bagian punggungnya.
“ibu bantu siram ya” pintaku.
“He’e “sambil menagukan kepala
Akhirnya si mamak bisa
memandikannya tanpa ada drama ataupun tangisan, dan selepas dari kamar mandipun
kami bahagia. Setengah hari ini kami habiskan bermain bersama. Tanpa ada drama,
tangisan atau jeritan. Aku merasa bahagia menjalankannya, meski harus berjibaku
mengejar kelereng yang sengaja Lestari tumpahkan beberapa kali. Dia sangat
senang melihat kelereng berhamburan dan suara “kletek-kletek” hasil benturan
kelereng dengan tehel.
“Berbahagialah mamak-mamak
sejagad, karena sesunguhnya kebahagian anankmu ada dalam gengamanmu dan surga
mereka ada di telapak kakimu” selamat siang, semoga sehat sentosa.
Waalaikumsalam warahmatullah hiwabrarokathu.
#day5
#gamelevel1
#tantangan10hari
#kuliahbundasayang
#komunikasiproduktif
#institupibuprofesional
Tidak ada komentar: