Ads Top

Self Improvement a Profesional Parenting


https://ghanatalks.com
Ada yang berbeda dengan akhir pekan kami beberapa waktu silam, kami menghabiskan setengah hari untuk belajar bersama menjadi orang tua yang profesional. Ini pertama kalinya mas Wahyu dengan kerelaan hati menemaniku, dalam acara  Wisuda kelas matrikulasi IIP batch 5. Ini adalah acara talkshow yang pertama kali kami ikuti. Ada perasaan bahagia tak terbendung, seolah aku akan meraskaan perjalanan asyik ke Gunung Ringit, gunung yang membuat aku dan mas Wahyu lebih dekat lagi. Semoga ini awalan untuk kita belajar apapun ya mas, sebagai bekal mengarunghi mahligai pernikahan dan petualang menjadi seorang bapak dan emak. “Aamiin” .
Wisuda dan Talkshow bertemakan “self improvement a profesional parenting” dibawakan asyik dan menarik oleh pasangan suami istri yang telah lama berproses dan bisa dikatakan sudah dapat menempatkan dirinya sebagai orang tua yang profesional. Mereka adalah Uis Kurniawati dan Adri Suyanto.
Sekilas tak ada yang berbeda dengan pasangan ini, namun ketika mereka mulai berbagi ilmu terlihatlah keymistery diantara mereka yang berbalut dengan candaan yang penuh romantis. Tentang berproses mereka dan semangat belajar mereka yang secara langsung tertular dan membuatku merasa malu akan kefakiran ilmu yang aku punya, apalagi seputar amanah yang langsung dititipkan oleh pemilik semesta yaitu Lestari.
Tema yang diusung sangat menarik, ada hal penting yang harus dituntaskan sebelum menuju orang tua yang profesional, yaitu mengetahui kekuatan dan kekurangan diri sendiri dan memahami langkah yang harus diambil untuk memperbaiki diri (self improvment). Mas Adri memulai dengan icebreking yang membuaut refresh otak kami, pasti ada banyak keruwetan yang dialami sebelum bisa sampai dan duduk manis menikmati sajian hangat penuh gizi dari mereka. Apalagi buat mamak beranak banyak hahaha.
Setelah ice breking mas Adri mulai bercerita tentang banyak hal, terutama tentang peran seorang suami dan bapak. Beliau memaparkan bahwa dalam 17 ayat pengasuhan dalam Al-Qur’an ada 14 ayat adalah dialog antara bapak dengan anak. Dari sini menunjukan bahwa seorang bapak mempunyai peran yang sangat penting dalam pengasuhan anak. namun banyak fenomena, si bapak menyerahkan sepenuhnya ke istrinya. Selain itu ada beberapa masyarakat yang beranggapan ketika seorang suami mengerjakan pekerjaan rumah tangga dinilai tidak wajar atau saru. Dulu aku juga beranggapan seperti itu, ada perasaan malu ketika mas Wahyu membantuku dalam pekerjaan domestik.
Mas Ardi juga menyinggung tentang egosentris pada anak. beliau menceritakan tentang anak pertama dan keduanya yang berbeda karena treathmen mereka yang berbeda. Anak pertama cenderung lebih pelit karena fitrah egosentisnya tak mekar sempurna, karena keterbatasan ilmu yang mereka punya dulu. Beliau menekankan bahwa fase egosentris pada anak adalah di usia 1 – 5 tahun, dimana anak belum bisa diajak untuk berbagi. Dimasa itu anak hanya bisa bermain bersama dengan mainannya masing-masing.
Sebelum taklshow dilanjutkan oleh teh Uis, mas Ardi juga menyinggung sedikit tentang inner child. Dimana dia punya peranan penting dalam kehidupan kita sekarang. Inner child merupakan bagian dalam diri seseorang yang merupakan hasil dari pengalaman masa kecilnya, salah satu bagian dari alam bawah sadar.(www.maxima.id). “hati-hati dengan inner child, karena dia akan muncul dalam kondisi terdesak” ucap mas Ardi memberi penekanan. Beliau juga bercerita tentang kisah pilu seorang ibu yang membunuh tiga orang anaknya, karena si ibu berpikir untuk memutus dosa jariyah yang dilakukannya. Ia berpikir ketika anak-anaknya besar dan punya anak kelak akan bersikap sama sepertinya, seperti yang ibunya lalukan dulu kepadanya. “duh merinding ngeri dengar ceritanya, dan ada ketakutan dalam diri ini. Apakah inner childku sudah tuntas?sepertinya belum, harus dituntaskan” ngomong sambil ngaca.
Takshow dilanjutkan oleh teh Uis, beliau mulai bercerita caranya menuntsakan inner childnya. Beliau menuntsakan dengan cara bercerita sambil berderai air mata ketika mengingat masa lalu yang membuat gajalan dihatinya. Kemudian mencari penyebab akan kejadian-kejadian yang ternyata masih menciderai hatinya sampai saat itu. Setelah itu mencari solusi dan memaafkan setiap kejadian-kejadian itu.
Teh uis juga menuturkan cara menghapus inner child menurut Dr. Amir Zuhdi seorang pakar neuroperenting. Menurut Dr. Amir modul tentang masa lalu bisa terlihat dari garis tangan seseorang. Jika garis tangan tegas, maka kenangan masa lalunya sangat keras. Karena ini bisa dijelaskan secara ilmiah dengan hormon tubuh. Untuk hal ini tidak dijelaskan secara detil, mungkin memang harus berguru pada pakarnya langsung. Gimana mas wahyu? Yuk budali maneh. Ada tiga cara menghapus inner child menurut Dr. Amir, pertma dengan mengingatnya kembali, kembali ke masa lalu tentang suka dan dukanya. Kemudian mencari kesalahannya dan mencari penyebabnya dan yang paling penting adalah memaafkannya. Inner child yang negatif harus disembuhkan jika tidak akan terulang kembali ke anak dan akan menjadi dosa jariyah.
Selanjutnya teh Uis membahas tentang “self improvment/mensucikan diiri” yang ternyata ada 5 pilar.
1.      Mu’ahadah (mengingat kembali perjanjian dengan Allah)
Dalam hal pengasuhan anak, sebagai orang tua kita harus sadar penuh bahwa anak adalah amanah dari Allah yang kelak akan di pertanggung jawabkan. Terkadang kita lupa (aku maksudnya) bahwa anak bukan sepenuhnya milik kita, dimana kita bisa seenaknya berbuat sesuatu. Tiap anak terlahir dengan fitrahnya, mereka memiliki visi tersendiri yang sengaja Allah ciptakan. Dengan mengingat kembali perjanjian dengan Allah kita akan lebih berhati-hati dalam menjaga amanah yang Allah titipkan. Teh Uis berpesan untuk membuat salah satu reminder/ mu’ahadah yang menjadi list doa tambahan untuk pengasuhan anak.

2.      Muroqobah (mendekatkan diri pada Allah)
Tuliskan amalan khusus agar Allah bisa melihat kita lebih dekat dalam pengasuhan anak. teh Uis memngamalakan dengan sholat hajat sebelum membersamai anak. menurut beliau mengasuh anak adalah hajat yang sangat besar, harus dipersiapkan secara sunguh-sunguh. Ini adalah langkah beliau dalam mendekatkan diri ke Allah perihal pengasuhan.

3.      Mujahadah  (bersungguh-sunguh)
Tuliskan dengan sunguh-sunguh dalam pengasuhan anak, buat peta keluarga. Untuk peta keluarga saya belum paham sama sekali.

4.      Muhasabah (evaluasi pencapaian)

Evaluasi diri sebagai orangtua (fasilitaor), hubungan antara suami dengan istri. Ini modal penting dalam menjalani kehidupan bersaa keluarga.Perbanyak komunikasi dengan orangtua. Tulis berapa kali sebulan/seminggu untuk evaluasi dengan suami.
Evaluasi pada anak akan lebih mudah ketika membuat buku jurnal anak. Jadi bisa tahu tiap tumbuh kembang anak.Prinsip evaluasi tidak sedang membandingkan anak kita dengan anak lain seusianya, tapi membandingkankan dirinya sebelumnya dan sekarang.

5.      Muaqodah, menghukum diri.
Tuliskan reward dan punisment untuk diri sendiri bukan untuk anak bisa beracuan pada evaluasi pencapian pada pilar nomor empat.
Ini hasil catatanku dan beberapa dari teman yang mengikuti talkshow. Aku belum bisa fokus dalam mengikuti tiap materi. Masih ada kegundahan ketika meninggalkan Lestari di Kind Corner. Mungkin mamang pertama kali buat kami bertiga. Termasuk pertama kalinya bagiku menulis sebuah laporan talkshow, mohon dimaafken ketika masih banyak kekurangan dan mbuletnya kalimat yang kubuat, sungkem satu-satu ah. Banyak pembelajaran dari sini, semoga ke depan bisa belajar lagi dan lagi.

Tidak ada komentar:

Diberdayakan oleh Blogger.