Ads Top

Kisah Harimau Jawa

www.centropla.org
Kemarin kami pergi ke kebun binatang Surabaya, menikmati libur kecil kaum kusam. Saing itu cuaca cerah dan pengunjung tak begitu padat, ada yang bilang sih karena hari sabtu dan tanggal tua. Tak seperti beberapa waktu lalu ketika aku dan Lestari kesana. Kebun binatang yang terletak di samping icon patung suro dan boyo yang menjadi icon kebanggaan warga Surabaya terlihat begitu legang. Ketika memasuki lorong pintu masuk, kami sudah disambut taman yang baru saja selesai dibuat, banyak tampilan yang berubah di dalamnya, banyak hal yang diperbaiki termasuk kesejahteraan satwanya.
Perasaanku kala itu bercampur aduk, aku merasa fitrah kehewanaan mereka terampas oleh jeruji dan tembok yang menghalanginya. Hatiku ngilu melihat beberapa satwa yang seolah berwajah murung. Mungkin takdir mereka memang tak seberuntung teman-temanya yang tumbuh bebas di alam. Atau mungkin mereka mendapat kemuliaan lain ketidakberuntungan untuk lahir tumbuh dan dimanfaatkan oleh manusia.
Ngilu hatiku semakin menjadi tat kala melewati kandang harimau, air mataku tak terbendung. Aku menoleh untuk menyembunyikan raut mukaku pada mas Wahyu dan Lestari. Beberapa waktu silam aku pernah mendengar cerita tentang Harimau Jawa. Si Raja hutan yang terkikis oleh keadaan. Aku melihat betapa malangnya dia, si Karnivor besar sang penguasa rimba sumatera yang sedang terbelengu dalam kandang yang tak begitu besar. Seolah dia sedang frustasi sembari berjalan mengintari kandang dalam kondisi tak tenang.
Pikiranku menerawang pada zona inti di Taman Nasional Merubetiri(TNMB). Kawasan yang dianggap tempat ideal untuk harimau jawa, yang sampai detik ini masih diperjuangkan untuk menolak punah. Luasan hutannya dan ketersediaan makanan untuk sang karnivor besar inilah yang dianggap ideal sebagai rumah untuk mereka. Meski belum terlihat bukti nyata akan keberaannya, namun berbagai jejak terekam sebagai penanda bahwa harimau jawa memang menolak dinyatakan punah.
Lantas apa pentingnya dengan harimau jawa dalam kehidupan kita, bukankah harimau hewan buas yang perlu ditakuti, bahkan Lestaripun sempat mengatakan ketidaksukaannya pada harimau. Sependek dan sedangkal yang aku tahu, harimau adalah raja hutan. Istilah raja hutan ini muncul karena dia menempati posisi teratas dari rantai makanan yang ada di hutan. Jadi wajar saja dia disebut sebagai raja dan ditakuti oleh hewan lainnya. Lantas ketika harimau itu punah apa yang akan terjadi, yang terjadi adalah putusnya susunan rantai makanan. Yang mengakibatkan membludaknya jumlah dari posisi dua dari rantai makanan. Seperti babi hutan, kijang, rusa dll yang menempati rantai makanan ke dua setelah harimau. Ketika posisi dua jumlahnya sangat banyak akan mempengaruhi posisi pada rantai makanan berikutnya dan ketika itu terjadi, mengakibatkan ketidak seimbangan dalam kehidupan.
Seperti yang kita tahu, sebuah rantai makanan terbentuk dari sebuah ekosistem apik yang telah Allah ciptakan sedari dulu. Ketika salah satu hilang dari rangkaiannya maka mempengaruhi yang lainnya. Analoginya seperti kata EKOSISTEM yang terdiri dari sembilan huruf, yang ketika salah satu huruf dihilangkan tak dapat dibaca dan tak mempunyai makna yang sama, begitulah sebuah ekosistem suatu wilayah, seperti halnya Taman Nasional Merubetir yang salah satu tempat yang idelal untuk habitat harimau jawa yang  menolak dinyakatan punah.
Berbicara tentang harimau jawa, aku teringat rekan ku lebih tepatnya guru bagiku. Namanya mas Didik, peneliti karnivor besar yang mendedikasikan sepenuh hidupnya untuk mencari si priyayi jawa (harimau jawa). Beliau pernah bercerita tentang harimau jawa, seolah dia sudah sangat mengenalnya, mengetahui sifat mereka dan berkeyakinan sangat kuat bahwa mereka belum punah. Dengan semangat tinggi dan rentetan bukti penelitiannya beliau selalu berdiri di garis depan ketika rumah dari harimau jawa akan terancam kerusakaannya. Dan mas Didik juga dengan lantang menolak bahwa harimau jawa telah punah. Memang status harimau jawa masih menjadi perbedatan panjang, sebagian orang menyatakan punah karena keberadaannya tak terlihat sejak beberapa tahun silam. Namun aku percaya priyayi jawa itu masih ada, masih tersimpan dan hidup nyaman di dalam hutan. Lestarilah hutanku, bertumbuh dan berkembang biaklah harimau jawaku.

Tidak ada komentar:

Diberdayakan oleh Blogger.